Du’a Hari Ini
Oknum pemerintah : semoga tidak ada yang mengkritik
kebijakanku.
Oknum Polantas : mudah-mudahan banyak yang
melanggar tertib lalu lintas.
Koruptor Murni : lindungi aku tuhan semoga nggak
ketahuan.
Oknum guru : semoga kebodohan masih melekat
pada otak murid-muridku.
Oknum dokter : sakitkanlah penduduk sekitar sini.
Oknum hakim : semoga banyak masarakat yang
berkasus.
Penggali kubur Tulen : semoga mereka semua MATI.
Ripublik Jongkok
Di sini pertaruhan nyali dan gengsi
Bendera perang salu berkibar
Juru penjuru temu bertempur
Pantang tantang pasti datang
Stadion Para pejuang
Inilah republik aneh
Penguasa di bawah penuh cela
Tertindas di atas bermuka merah
Nyanyian indah pancing amarah
Hanya tongkol-tongkol bermental botol
Santapan lezat para beraja
Puluhan alasan yang dikeluarkan
Jutaan hujatan yang didapatkan
Inilah republik jongkok
Tersering ada rakyatnya
Dari awalan hingga akhiran tak dapat kedudukan
Bertahta kaya hina
Di Ngeriku
Penguasa terdahulu:
saya harus memimpin lagi
kerna masih banyak program mulia saya
yang belum sempat ditunai
dan pemerintah hari ini belum mampu menyaingi
keberhasilanku.
Penguasa sekarang :
Kepemimpinanku jauh lebih maju
daripada pemerintah yang dulu
Dan aku yakin semua masyarakat mencintaiku
Kernanyalah akan terus kulanjutkan sampai aku mati.
Nyang belum berkuasa :
Mereka semua pecundang, perusak negeri
Negara kita jauh lebih bisa untuk maju
Kernanyalah aku harus mimpin
tapi ketika terpilih maka sejarah akan terulang lagi
kapan kita membuat sejarah baru???
Semoga Adalah Negeriku
Adalah ini negeriku
Negeri tentram rukun damai
Akar kekerasan telah mati
Tak ada penindasan tak ada korban
Adalah ini negeriku
Negeri rapi bersih suci
Rapi penampilan bersih perbuatan suci hati
Tak ada penipuan tak ada korupsi
Adalah ini negeriku
Negeri maju jaya makmur
Semua rakyat bahagia
Tak ada sedih tak ada duka tak ada air mata
Adalah ini negeriku
Negeri yang orang kuat punya kunci penjara
Negeri yang tak punya alasan untuk menangkap koruptor
Negeri yang penguasanya tuli bisu buta
Adalah ini negeriku
Negeri yang penuh Seolah-olah
Negeri yang penuh Seakan-akan
Negeri yang penuh Semoga-moga
Tak Lagi Merah Putih
Wajar saja nyalimu tak lebih besar dari seorang banci
Untuk membunuh, mengusir, melawan
Bahkan menegur para penjajahmu
Karena merah keberanianmu
Berganti warna merah jambu
Wajar saja kejujuran merupakan barang langka
Yang sangat teramat mahal
Karena putih kesucianmu
Penuh noda keserakahan dan kemunafikan
Lalu sangat wajar kalau hari ini dan esok hari
Kau tetaplah Buram, Gelap dan Hitam.
Mustahal
Aku ingin mananam bunga
Tapi halamanku gersang
Dengan apa ia tumbuh
Bahkan jutaan penghirup udara
yang termayatkanpun tak mampu menyuburkannya
Diam adalah Kebun Kedustaan
Kebijakan-kebijkanmu bagaikan gunung berapi
Kau letakkan di atas pundak kami
Yang sampai hari ini kau anggap kurcaci
Lemah tak berdaya dan mati
Tapi ingatanmu tanpa nada, sepi
Bahwa kami bisa bersatu dan menjadi raksasa
Yang akan mengangkat menghepaskan
Tepat di ulu hatimu
Diskusi, debat, rapatmu bak kembaran kereta api
Berjalan lambat pada satu jalan rel ketidakadilan
Bising, gaduh, berisik
Memusingkan kepala memecahkan telinga
melenyapkan hati
Pikiranmu tak berubah dalam topan anggapan
Bahwa kami kerikil-kerikil rel, diam membisu
Tapi ingatanmu hilang
Bahwa kami bisa bersatu dan menjadi batu gunung yang besar
Yang bisa menghentikan lajumu
Kekuasaanmu printan istana megah di hutan rimba
Yang menebang habis isinya
demi keindahan dan kelanggenganmu
Dari ujung kaki sampai ujung rambutmu tak tergoyahkan
Menganggap kami pohon perusak tak berdaya
Kelupaanmu abadi dalam tsunami
Bahwa akar-akar kami telah menyatu dengan tembok
kekuasaanmu
Yang kelak akan membesar dan merobohkannya
Saudaraku…
Hari ini kita menonton para pemimpin
Beserta antek-anteknya sukses mengeratkan
Keteguhan luar biasa
Tapi keteguhan dalam perjalanan ke arah yang sesat
Mereka mencoba merebut hati rakyat dengan cara demikian
Tapi terlupakan oleh mereka
Bahwa itulah jalan tercepat mempelancar jalan mereka menuju
neraka dunia
Ooiii… di manakah akhir detik ini
Kalau berkuasa ingin rasanya kutarik kiamat untuk datang lebih
awal
Agar mengakhiri semua penderitaan ini
Inilah kemustahilan yang nyata
Biarlah… biarlah…
Biarlah kubiarkan semua amarahku
Bersemayam dalam genangan tuak
Tapi ku tak bisa membiarkan luka rakyat
Menginap dalam rumah puisiku
Ada apa aku ini
Si apa aku ini
Apakah aku pemakan tanah kuburan pertiwi yang belum mati?
Apakah aku si dungu pengikut penyair-penyair gila?
Apakah aku Jupiter yang tak mampu menampung duka rakyat?
Apakah umat Muhammad atau apa?
Ada apa aku ini
Sudah benarkah ocehanku ini?
Hatiku dipejali dengan harapan semoga aku salah
Tapi harapanku tak ubahnya angin dalam kwaci yang kosong
Malam semakin menjauh tapi mataku membintang
Tertuju pada sebuah buku tebal
Bersampulkan burung gagah perkasa
Ku buka… ku baca… ku baca…
Sampai akhir halaman kami bertatapan
Hingga bumi mengecil… mengecil… hilang.
Rembulan dan sang surya berlomba lari
Menjauh dan mendekat pada merdunya alunan musik ayam
jantan
Yang menggoda kuping hingga aku
Terbangun dari tidur yang memang tak lelap
Seakan rombongan matahari menyengat
Membakar hatiku sampai mendidih sangat
Kembali apa yang kubaca sebelum kumatikan mataku teringat
Tentang indahnya undang-undang
Alangkah wahnya keputusan-keputusan
Sungguh mulianya peraturan-peraturan
Elok nian kebijakan-kebijakan
Otakku berputar-putar berlari-lari
Berkeliling-keliling, berkejaran-kejaran
Tapi pikiranku diam menggunung
Ini semua untuk siapa??
Apakah untuk mereka yang bediri tegak di pinggiran jalan
Menadahkan tangan sambil berkesenian
Atau untuk para gadis tujuh puluh tahunan
Turun dari gunung, malam jam tigaan
Menukar kayu-kayu kering dengan makan
Atau untuk para buruh sang pembangun yang dirobohkan
Atau untuk para tani sang pemberi makan yang dilaparkan
Atau untuk jutaan anak tak berpendidikan
Atau untuk mereka yang selalu di telanjangi dalam bugil
kemiskinan
Atau hanya untuk mereka semua ini
Yang asik nongkrong di atas megahnya kursi
Dikelilingi seksinya para bidaduri-bidaduri
Tenang tentram damai
Tiap detik mencuri nasi
Hatiku meruih-ruih dengan satu kata
Ini adalah kemungkaran
Tapi yang punya Yad semakin mengeruh
Yang punya lisan hanya menyanyikan satu lagu
Yang punya qolb terus membatu
Dan aku, dan kita, semoga cermin tak lagi pecah.
Dilarang Melarang
aku ingin punya motor dan mobil
tapi semua show room melarangku
kerna aku tak punya uang.
aku ingin memiliki rumah dan gedung
tapi semua para ahli bangunan melarangku
kerna aku tak punya uang.
aku ingin baju celana dan pakaian baru
tapi pasar-pasar, mall-mall, pedagang-pedagang melarangku
kerna aku tak punya uang.
tapi jangan pernah melarangku
terbang bersama asap kebahagiaan khayalanku
kerna kuyakin hanya ini yang tak perlu pakai uang.
Insya Allah
MASIHKAH ADA : cahaya pemberantas kegelapan
tuk menyinari seperangkat alat jihad
PEMIMPIN :sejatilah sang empunya sejati
melihat dengan hati
mendengar dengan hati
bergerak dengan hati-hati
YANG RELA :lapar demi kenyangnya rakyat
miskin demi kesejahteraan rakyatnya
bahkan mati demi kehidupan
rakyatnya
TERBAKAR :berkobar-kobar
darah juang dan jiwa suci
DEMI MENERANGI :buram suram kelam
hari ini dan esok hari
RAKYATNYA :merdeka sejahtera dan siap menjadi
pembela pemimpin sejati dari neraka
yang berapi
Sembah Yang Kuasa
ternyata Sholat itu
Mendamaikan Hati
Menentramkan Jiwa
Menyehatkan Raga
sayangnya belum Ku Lakukan
Tahajud
Aku-jiwaku penuh luka penuh duka
bibirku kaku tanpa kata
ke siapa lagi ku keluh
hatiku ingin bercurah padaMu
-malaminisekarang-
semoga kau tak sibuk …..Tuhan….
Takdir
Ketika kesejahteraan kebahagiaan dan perdamaian
menyelimuti kehidupan
Kau selalu dilupakan
Namun ketika kemiskinan kemelaratan
dan peperangan melanda
Kau yang pertama kali dikambinghitamkan
Lalu siapa yang sesungguhnya sang empunya kau
Rokok
Api Kecil dengan Asap Besar
masih terus dan akan terus kuisap
entah sugesti entah nyata
beliau
menambah akal sehat
menurun amarah
mendamai hati
meningkat percaya diri
walau kutahu ialah pengurang jatah hidupku
Ingin Ku
Aku ingin menjadi gunung
yang angin terbesar pun menerpanya takkan tunduk
Aku ingin menjadi laut
yang kalaupun semua orang meminumnya takkan habis
Aku ingin menjadi matahari
yang tak pernah menghentikan sujudnya walau ia raja tata surya
Aku ingin menjadi bulan
yang tak bosan-bosannya menemani malam
Aku ingin menjadi bumi
yang tak pernah mengeluh diinjak-injak penghuninya
Aku ingin menjadi suara
yang mengisi sunyinya nada dunia
Aku ingin menjadi diriku sendiri
yang sampai hari ini aku belum bisa
Pak Toha Merdeka
Off sudah sakelar mentari
Bulanbintang pun mati
Pas semua orang berlari
Mengejar mimpi duniawi
Kau huni penjara Oemar Bakrie
Kau suramkan hari depanmu
Mengubur dendam cinta
Melosokkan nafsu di sudut pulau
Demi secuil cahya
Pada mesin pikir mereka
Jaya dibakkan dalam harta
Kau lautkan
Kehendak doenja lampu ter di terang
Melilin kau di kegelapan
Sinsogergaji berlomba menggundul
Kau tanamsubur pepohonan
Yang setiapnya apa bisa
–Pelindung–Peluka–Pembunuh—
Pagar kayu itu kau
Dengan indahnya kebun hati
Salam hormat untuk seorang sobat Muntoha S.Pd,I
di tengah kemungkinannya menjadi penguasa ia berkorban menjadi guru
Berdustalah Nak
Pengakuannya ulang tahu ke enam puluh dua dalam selembar undanganyang kuterima. Siang itu setelah hantam kuhormati tiangdemam dengan dua warna lusuh yang mati kerna air. Muka kust melangkahkan kaki pulang rumahku. Sabuk welcome bapak menyambut.
“Kusam kali muka kau nak. Di kemana jiwa mudamu”
Laksana Sukarno muda suara bapak menggema.
!!!Katakan aku Indonesia
!!!Katakan aku cinta Indonesia
!!!Katakan darah juangku Indonesia
!!!Katakan kuhidupmati Indonesia
!!!Katakan aku bangga Indonesia
Terdesak Tenggorokan laun lidah kutanyakan untuk apa
“katakan saja dengan lantang nak”
Kelak kucari apa sebab.
Kita Bukan Babi
Seberapa tebalkah uang yang menutupi mata kita
Sehingga kita tak lagi bisa melihat penindasan yang nyata
Atau seberapa dalamkah ia masuk ke dalam telinga kita
Sehingga kita tak lagi mendengar meninggalnya tetangga kerna dilaparkan
Atau justru ia telah menjadi pakaian baja bagi kita
Sehingga kita tak lagi bisa berbuat sebakteri kebenaran
Setiap Kita Masalah
Ke mana pun kau langkah
Cobaan itu pasti kau temui
Jalan Besar Gang-Gang
Tikungan Tol Perempatan
Setiapnya Masalah
Kembali pulang bukan solusi
Teruslah Melangkah dan Melangkah Teruslah
dengan Alas Kaki Iman Pakaian Hati
Mata Akal jangan kau Butakan
agar mampu Melihat Menghidar
memperbaiki duri lubang halangan rintangan
Terlahir kita sebagai pemenang bukan pecundang
Jauhkan getar musnahkan takut
Tak peduli itu mati
Kerna kita tak punya tempat sembunyi darinya
Bahkan ikanpun tak bisa hidup tenang
walau tak ada kucing dalam laut
Mandul atau Selingkuh
Bapak Pertiwiku
Tak bosankah kau melihatku dalam kesendirian
Tanpa kakak, tanpa adik
Bapak Pertiwiku
Tak jemukah kau melihat aku merenung
Tanpa tawa tanpa canda?
Bapak Pertiwiku
Kenapa kau namakan aku duka
Tanpa suka
Bapak Pertiwiku
Berikan aku adik kebahagiaan walau hanya satu
Bapak pertiwiku
Apakah kau sudah tua
Sudah tidak kuat lagi
Atau kau memang sudah mandul?
Tapi kenapa setengah abad lebih sudah
Ibu pertiwiku mengandung kebahagiaan Berupa timah, emas, gas, minyak, batu bara,
Dan masih banyak lagi adik kebahagiaanku
Yang berada dalam perutnya
Tapi mengapa ia tak jua melahirkan
Apa karena ibu pertiwiku selingkuh
Sehingga adik-adik kebahagianku
Dibawa lari bapak tiri pertiwiku
Jawab Bapak!!!
Bukan “Penertiban”
Negeri ini butuh keindahan
tanpa ada nada sumbang
tanpa ada deretan rumah kumuh
tanpa ada perpindahan barang yang tak sah
Sisi wajib yang belum tertunai
rakyat sejahtera makmur sentosa.
Penggusuran dan “penertiban” bukan jawaban
Negeri ini butuh kedamain
tanpa ada demontrasi
tanpa ada debat kusir
tanpa ada menyalahkan
Kemajuan bangsa tetap tuntutan
bukan boneka bukan penjajah
Tetap gagah “Penertiban” bukan jawaban.
Kaya kita akan buah
bukan hanya simalakama
Demi perjanjian setan
selalu rakyat dikorbankan
Bilakah kan melawan
Buruh
Kau adalah pahlawan dari berdiri kokohnya sekolah
Majunya pabrik-pabrik juga kau pahlawannya
Kau juga pahlawan devisa bagi negeri ini
Kau adalah pahlawan bagi putra-putrimu
Yang penuh dengan kesulitan mengenyam dunia pendidikan
juga kau pahlawan dengan hari-hari yang dihantui pemecatan
kau pulalah pahlawan yang pergi dengan terbang tinggi
dan kembali dengan peti mati
kau adalah pahlawan sejati
kau adalah pahlawan yang mulia
kau adalah pahlawan tanpa apa-apa
Kau megahkan gedung pemerintahan
Tapi kau tak pernah dapat pilihan untuk memerintah negeri ini
Kau kokohkan tempat berlindung
Tapi untuk sekedar melepas lelah pun tak bisa kau peroleh
Kau bangun gedung sekolahan
Tapi bangku untuk anakmu pun tak mampu kau dapatkan
Apakah selamanya kau akan menjadi sang pembangun
yang terus dirobohkan
Petani
Tak malukah kau
Setiap hari berkelahi dengan matahari
Memenangi peperangan menjemput pagi
Tak malukah kau
Setiap hari dikalahkan rembulan menamu sunyi menyambut malam
Namun sayang mereka tak pernah malu Menyiksamu
Menindasmu
Memperkosa hak-hak mu
Apakah selamanya
Kau akan menjadi sang pemberi makan yang dilaparkan
Terasa Nggak Usah
kalau Dokter memberikan obat untuk kita dapat penyakit baru
sedangkan Guru memberikan ilmu agar kita bodoh
lalu Hakim menegakkan hukum rimba
apakah kita butuh Orang Gila
Supaya kita bisa berpikir sehat
Renungan Siang Bolong
Ibu Pertiwi melahirkan jutaan sarjana pertahunnya
lalu apa yang kita dapatkan?
Apakah ekonomi kita membaik
dengan lahirnya para ekonom baru
Atau sarjana pendidikan kita
sudah mampu melenyapkan kebodohan di negeri ini
Sudahkah hukum negara ini berdiri tegak
dengan ketegasan dan kejujuran para hakimnya
MUHAMMAD I LOVE YOU
Ya Allah tuhan yang maha bijak
Dengan segala kerendahan hati hamba hendak bertanya Tentang mahluk spesial utusanMu Muhammad namanya
Kenapa gelar nabi dan rasul kau lekatkan pada dirinya? Padahal dia bodoh tak bisa baca, tak bisa tulis
Apa karena dia memiliki semangat belajar
untuk melawan kebodohannya?
Lalu kenapa kau utus dia pada waktu itu
lewat rahim Aminah di Mekkah
Tidak sekarang, di sini, lewat rahim ibu pertiwi?
Kenapa Allah?
Apa karena penindasan terbesar dari awal masa ada di sana?
Allahku
tak tergiurkah kau untuk mentransfer
Nabi-NabiMu lagi atau sejenisnya
Atau kau akan membiarkan kami tawuran melawan sejarah hingga akhir detik nanti
Pemenang Sejati
Hidup Suka Tawa Kaya Baik Bicara Bising Sehat Damai
Mati Duka Tangis Miskin Jahat Diam Sepi Sakit Perang
Telah berlalu………….
Dan aku telah melaluinya
Mati Duka Tangis Miskin Jahat Diam Sepi Sakit Perang Hidup Suka Tawa Kaya Baik Bicara Bising Sehat Damai Tengah berlalu……….
Dan aku tengah melaluinya
Hidup Mati Suka Duka Tawa Tangis Kaya Miskin Baik Jahat Bicara Diam bising Sepi Sehat Sakit Damai Perang
Akan berlalu………
Dan aku akan melaluinya
Sejarah pasti berulang
Hanya pelawan zaman yang keluar sebagai pemenang
Rindu Hati
Kurindu waktu itu
Waktu saat bumi tak berputar
Ku rindu melodi recehan asap dan cairan gelap
Berbagi cucu api di selangkangan jari
Uraturat leher-kepalantangan-kranairmata
Sesak tanah diskusi Jeritan negeri
UIN-UGM saksijenuh
Shaf-shaf lesehanliar
Nyanyian polos
Bukan koruptor bukan buronan
Demi selebaran hati
Poster kejujuran
Spanduk perlawanan
Deret jemuran tak peduli
Hebat mentari bukanlah bulan
Tersempit Malioboro
Mikrofon parau
Baut lutut lepas
Hujan keringat tak terelak
Suara terbentur salu
Buta-tuli-bisu-bengal
Taring panjang-perut lapar Itu mereka
Para kawan aku rindu
Deal radikal gorengan-surat kabar
Ampas sisa berseduh-seduh
Buku pena ejek tawa
Berterbang khayal berkarya indah
Mimpi seram itu nyata
Gerakan hari ini
Tak ubahnya buih-buih deterjen
Surat-surat pak pos
Aktor-aktor media
Imperialisme-Peodalisme masih mengakar
Demokrasi semakin abadi dalam mimpi
REVOLUSI telat hatam
KawanKurinduKau
Masihkah ganas gelombang perlawanan
Mati Belum Hidup
INNA LILLAHI WAINNA ILAIHI ROJI‟UN
Diharapkan kepada seluruh rakyat Indonesia
Untuk menurunkan bendera setengah tiang
Karena tahun ini
bulan ini
minggu ini
jam ini
menit ini
dan
detik ini
Telah meninggal dunia keadilan yang tak pernah lahir
Dan semoga kematiannya
Diikuti Keserakahan, Kemunafikan, Pembunuhan, Terorisme
Peselingkuhan dengan modal asing
Pendidikan yang mahal
Guru yang bodoh, dokter yang sakit
Hakim yang melanggar hukum
Pejabat yang jahat, aparat yang keparat
Dan semoga kematiannya diikuti pula oleh segala bentuk dan
jenis Penindasan yang lainnya.
(Amieeen)
NEGERI DEWA MAFIA
Negeri apa ini
Negeri yang kehilangan bintang saat malam datang
Negeri yang tak bermatahari pada siang hari
Negeri yang gelap gulita
Negeri yang ngeri
Di sini kepala batu sangat dihargai
Di sini semua orang bisa menjadi dewa
Tak ada salah tak ada hukuman
Hanya dengan satu syarat (seragam)
Semua orang dilumuri semangat yang meruih-ruih
Untuk berlomba menuju kemuliaan
Kemuliaan para dewa mafia
Mafialah dewa negeri ngeri ini
Para anjing para babi para buaya
Tak pernah berhenti berjuang Untuk melengserkan para tikus Yang terlebih dulu berkuasa
dengan mewahnya seragam dewa
musnah sudah rumus segan bagi mereka
untuk mengusir menyingkirkan bahkan membunuh
yang mereka anggap saingan
walaupun itu hanya cicak bahkan semut tak berseragam
Judulnya Kapan-Kafan
Kami bangga berindonesia
Guru bermatabat
Buruh sejahtera
Petani bahagia
Koruptor tobat
Wakil rakyat merakyat
Pelajar ter
Prestasi abadi
Kemajuan kiblat dunia
Marjinal tak di kaum
Miskin musnah
Pemimpin bukan wayang
Hakim tak kebal hukum
Aparat tidak keparat
Merdeka benar merdeka
Kami bangga berindonesia
HAKORLEN
Hijaunya mendamai hati
Sepoi penyejuk jiwa
Santai menyantaikan
Tertanam dalam demi hidup kehidupan
Saatnya tiba
Di mana ia tumbuh dewasa
Gagah tapi tunduk
Menguning tanda siap
Semangat nafsu meng-aku
Ingin kujadikannya korban lapar
Setiap nyawa melarangku
Menghantam menghakimku
Kerna ia tetaplah ia
Padi tetanggaku
MUAK
Berita mati kata
Yang hidup itu-itu saja
Kecilnya dunia kita
Ukiran-ukiran kertas lebar
Gerakan-gerakan cahya lentik
Satu nada berjuta irama
Korupsi lagi
Fitnah lagi
Bencana lagi
Janji lagi
Tawuran lagi
Perang lagi
Kemunafikan lagi
Kelaparan lagi
Pembantaian lagi
Pembunuhan lagi
Penipuan lagi
Pemerkosaan lagi
Penertiban lagi
Penggusuran lagi
Lagi lagi lagi
Lagi gila lagi
Aku rindu sebuah berita-berita indah
Ingin kudengar jama’ah koruptoriyah
Berlomba-lomba gantung diri
Tapi Kapan???
Mbah Ganas Priok
Jakarta berapi-api
Samudera pendiam di tepi
Semangat juang, semangat serang entah sapa.
Teriak Tuhan demi pahlawan
Jama‟ah pasukan berlawan
Korban kebijakan yang tak pernah bijak
Menjelma boneka kejam, buta menghantam
Tak hirau mati demi kursi.
Ratusan roda menganga berbakar
Butiran air dari mata dan raga
Kerna menangnya kalah
Sang salah berselimut takut
Membungkus perih dengan janji manis
Yang selalu hadir di akhir kisah.
Hotel sakit dipenuhi tubuh luka
Bahkan ada alpa nyawa.
Kemurkaan telah menulang
Utang dendam semoga tak terbayar
Muak!!!
Bukannya Hamba Lancang
Kalau kaya tak bisa membuat kami bahagia
Maka miskinkanlah kami
Kalau kenyang tak bisa membuat kami senang
Maka laparkanlah kami
Kalau jaya tak bisa membuat kami sejahtera
Maka gagalkanlah kami
Kalau sehat tak bisa membuat kami selamat
Maka sakitlah kami
Tuhan……………..
Bahagiakanlah kami
Senangkanlah kami
Sejahterakanlah kami
Selamatkanlah kami
Walau harus dengan kematian
Korban Kebijakan
Terduduk aku di sudut desa
Di bawah garda selamat datang, jalan
Berkeroyok para sobat se-aku
Dikencani botol bening sebatang sumber nada
Tawa, suka, duka, teriak, malu kami nyanyikan
Sore itu cuaca abu-abu
Takkan henti sebelum hitam kerna janji
Nada sumbang teruskan nyanyian kami
Jerit teriak absen celah
Hingga peluh mengotori busana kumel
Dari ujung sana terlihat jelas si gagah bermobil megah
Membawa para anjing gonggong menyalak
Tawanan babi terikat tanpa daya
Keberhasilan berburu katanya
Malam ini bertaruh nyawa demi rupiah,
Tuan Esoknya latih gigit tahan pukul
Sorenya seperti ini lagi
Kasihan kami binatang
Penuh otot, kosong otak
Harus sampai kapan para anjing itu sadar
Bahwa mereka dijajah tuannya
Sadar pun mereka tak bisa apa
Tawa jijik si tuan
Gula yang Asin
Tingginya gunung, dalamnya laut
Besarnya dunia serta jumlah yang tak ada batasnya
Tak dapat mengalahkan rasa syukurku padaMu
Kau telah mengaruniai kami pemimpin teladan
Pemimpin yang merakyat
Pemimpin yang rela lapar demi kenyang rakyatnya
Detik-detik yang kami lewati penuh dengan kebahagiaan Kesejahteraan dan rasa damai
Telah mendarah daging dalam tubuh kami
Sekarang pendidikan tak lagi mahal
Kemiskinan dan kebodohan telah musnah
Tak ada lagi sakit yang mampir pada kami
Terorisme terkubur dalam
Curi-mati penggusuran tergusur
Semua dunia berebut nyantri ke negara kami
Semua kebanggan ini muncul
Kerna hebatnya pemimpin kami
Terima kasih
Terima kasih tuhan
Kalaupun kau menguji kami dengan seribu tahun kemarau
Kami takkan susah, takkan geisah
Kerna para pemimpin kami dengan sigap menyediakan limpahan air
Air yang membasuh segar raga kami
Byurrrrrrr…
“Nak, nak… bangun….
hari sudah jam dua belas siang…”
SENYUM TUHAN TIDAK DISINI (JILID DUA)
Tuhan
Aku tak lihat senyum kau
Ketika luka terkucur dari kulit pertiwi
yang memang sudah lama borok
Tuhan kau indah
Atas nama keindahan pula
Jutaan pemburu sesuap nasi tergusur
Damai itu kau Tuhan
Rotan dalmas gas airmata peluru karet
Sangat akrab bagi mereka pencari damai negeri
Damai sejati damai perut damai hati
Jangan tutup hidung kau Tuhan
Walau ku tau miskin itu bau
Tuhan kalau penguasa bengis takdir kau
Maka cabutlah!!!
Kami telah muak
Tuhan, senyumlah dikit
Kusam kali muka kau
Harta Tahta dan Wanita
Kita membunuh karenanya
Kita menipu karenanya
Kita memperkosa karenanya
Kita menindas karenanya
Kita senyum karenanya
Kita menangis karenanya
Kita melacur karenanya
Kita bernyanyi karenanya
Kita amar mungkar karenanya
Kita nahi ma‟ruf karenanya
Kita meracuni karenanya
Kita berjudi karenanya
Kita akting karenanya
Kita mengajar karenanya
Kita ceramah karenanya
Kita diskusi karenanya
Kita belanja karenanya
Kita olahraga karenanya
Kita membaca karenanya
Seakan terlupa kita datang tanpanya
Dan kembali kepadaNya tanpanya
Kecuali rapor amal hitam dan merahnya
Mereka Itu Kita
Mata panas di kepala
Tiga cahya pengatur laju
Barisan tua tali nada
Sobat jenuh anak terkarya
Di belakangnya kesibukan si harta
Dalam indah tingkatan ruang
Memilih hambur calon pengontrak perut
Di bawahnya pilahan sisa
Sedarah Anak
Mewah megah bangunan
Roboh terlongsorkan
Devisa pecundangnya
Janji surga enam bulan kerja
Belum tiba jemput PHK
Pelawan mentari
Pemberontak bulan
Penumbuh hidup, mati Beri makan, lapar
Mahakarya tak bernilai
Ngerie soeboer ra‟jat hantjoer
Penuh makanan tak bisa makan
Penuh air tapi haus
Mahal, bukan nyawa
Pak pasal lupa utjapan
hidup kita bernegara
Pemerintahlah penanggungnya
Kita hidup bersodara
DUKA MEREKA, DUKA KITA
Qomrodhiyyah
Tulang-tulangku menyesak
Memisau tajam
Menusuk jantung hati
Mematikan mayatku
Padahal se pun belum terlangkah
Tujuan kita masih jauh
Jangan cabut baterai waktu
Mari rangkul gandengan tangan
Hentakkan kaki seperti dulu
Aku mengangkang dalam doa
Membangkitkan kelamin cita-cita
Berharap kelimaks persahabatan kembali
Tak mau lagi anak-anak putus asa ku dapat
Kerna aku bersetubuh dengan kesadaran
Kawan
Aku tak lagi menelan kotoran setan kencingan iblis
Lawan!!!
Kalau memang miskin menggembleng kita
Menuju rajin
Lalu kere menuntun kita
Ke arah kreatif
Kemudian krisis mengasah otak kita
Agar berpikir kritis
Apakah selamanya kita harus berada dalam lingkarannya?
Pahala Taikan
Secuil tangan itu banyak
Melebarkan jari-jarinya ke semua jari
Katanya belum bertemu nasi
Dari pagi hingga pagi ini
Kutatap kusut muka yang sama
Di kereta dan di kota-kota
Tali erat di perut
Berharap kenyang datang bertamu
Tangan-tangan mungil melapang luas
Dengan kencingan di tangan
Serak parau jerit petriwi
Nada lapar yang garang
Pakaian apek habis perang
Tengorokan-tenggorokan kemarau
Mulut-mulut masam amis
Kelus kaki tak beralas
Mahkota angkuh di petir
Banjir di kuping gempa di mata
Bernisan cantik sepenggal hati
Kapankah dosa turunan ini tertaikkan
Jangan Lethoy Garudaku
Kalau matamu sudah tajam
Telinga dan lidahmu sudah peka kembali
Sayapmu sudah tak lagi patah
Rontoknya bulumu sudah tiada
Kakimu sudah kokoh berdiri
Maka terbanglah
Terbang tinggilah garudaku
Terbanglah kau setinggi mungkin
Inilah harapan kami
Inilah titah kami
Alumunium SH.I
Mencari damai dalam ramai
Teriakan mesin tak sekuat putaran paku
Menduniakan dunia
Penuh pecahan kaca
Kapan saja bisa meluka
Menusuk memotong membelah
Demi rupiah perjalanan napas
Ucap sedikit mendapat banyak
Penantian yang melelahkan
Demi masa demi massa
Nikmat si hitam merah berawan
Barisan gunung indah belum terasa
Pilihan aneh korban toga
Saat dunia berebut tahta
Menyelam ia dalam usaha
Tak sudi jual agama
Salam hormat teruntuk sang sobat Maslan SH.I
Di Sini
para penganut dusta sejarah telah mati hati
mencoba merakyat membumi di anggap gila
dunia telah kehilangan cermin
memalaikat di bilang sok
memblis bangga
cuekisme dewa
Puisi Woi Runcing
Aku berada di negeri yang aku tak mau
Negeri di mana kepala dan kaki bersatu menjauh
Negeri yang terang benderang tanpa cahya
Negeri yang kaya raya tak berharta
Negeri yang beruah kebun tidak berbuah
Negeri yang sejuk bersepoi-sepoi penuh api
Negeri yang kubenci murni
Negeri seram ini harus ditinggal
Tapi kewajiban akan perubahan belum tertunai
Takkan atau belum tak berjawab
Padahal sebakteri itu terasa pahit ditelan
Ingin dimuntah haram jaddah
Hasrat berucap selamat tinggal
Birahi mengujar selamat jalan
Nafsuku penuh mau tapi hati tak mampu
Woi, kau yang di sana
Kau yang berdiri tegak di atasku
Berdiri tegar dengan kesombonganmu
Berdiri kokoh dengan keangkuhanmu
Berdiri gagah dengan kerakusanmu
Turun kau!!!
Matikan saja mata lidah mulut telinga kau
Tapi suburkan tanaman indah dalam hati
Lalu ratap usap luka airmata mereka
Jutaan bocah tak sekolah
Jutaan buruh diPHK
Jutaan petani yang ditikam tajam harga pupuk
Jutaan pengemis hasil ciptaan kau
Woi
kami telah muak dengan semua ini
Jangan runcing lagi amarah mesiu dan darah
Senjata kami baru puisi–mikrofon–spanduk—selebaran
Maka sadar, ubahlah!!!
Musuh Kita Sama
Kawan kurasa kita tak buta
kenapa penindasan itu tak terlihat.
Kawan kurasa kita tak tuli
kenapa tak kita dengar jerit tangisan itu.
Kawan kurasa kita tak bisu
kenapa tak terucap kata perlawanan.
Kawan kurasa kita berotak
tak sadar dibodoh kita. Kenapa?
Musuh kita sama kawan
Terkuras habis kita punya tenaga
Perang Idiologi
Adu konsep
Debat air
Tujuan kita sama kawan
Jangan perdebat lagi jalan itu
Jangan permasalahkan lagi gang itu
Mari melangkah bersama
Aku Bangga Kawan
Inilah Negeri Rongsokan*
Tulisan yang selalu kubaca
Ketika buang sampah
Aku tertawa geli penuh murka
Hah… ada-ada saja kawan
Tapi kau tak dusta
Kerna ibu pertiwi tertunus
Belati Itu>
Terluka hampir mampus
Oleh anak-anaknya yang berhati karatan
——————–
*judul buku karya M Azhari AF
>judul puisi WS
BUKAN ISLAM
Semoga mataku salah ketika kulihat Rombongan peciawan lengkap dengan alat pembunuh sedang latihan
Sebuah gerak gambar yang muncul di tipi-tipi
merekam jejak pelaku bom keji tadi pagi
Lalu satu/satu dengan penuh semangat mereka berkata
“Ini adalah jihad yang wajib dari Islam”
Kurang lebih inilah inti yang kutangkap
Padahal Islam cinta damai
Selalu menghormati setiap ruh yang tertiup
Aku juga menonton pilem yang hampir setiap malam
ibuku menangis kernanya
Aku melihat aktris cantik
yang kebetulan di sinetron ini berjilbab
Mencium tangan dicerita sebagai suami
yang kemudian mencium keningnya
Padahal aku tau betul bahwa mereka bukan mahrom
Lalu ada tante sedang menaruh racun kedalam gelas
lagi-lagi masih di dalam ini
Kemudian aku menyuruh adik untuk berhenti menonton, malah ia berujar
“di bulan puasa pilemnya makin seru, itung-itung nunggu taraweh”
Aku hanya berpesan kepada adik tersayangku yang baru naik kelas tiga esde
“dik…ini pilem islami tapi tidak Islam”
Esoknya kusaksikan duyunan orang ke selatan laut
di pulau sana
Membawa makanan-makanan enak di atas dulang
hanya untuk dibuang
Dengan tenang seperti tanpa dosa
dalam wawancara seorang ”berkata”
“ini bentuk sukur kami,menyambut hari Nuzulul Qur’an dan menolak bala”
Padahal sebelum memubazirkan makanan itu
segala Allah dibawa-bawa,tempat sewajibnya kita meminta
anehnya lagi, dua bulan lalu di depan sebuah gedung mereka teriak “KAMI LAPAR”
Aku masih ingat betul kerna aku tergolong didalamnya
Islam seakan menjadi busana indah
Penutup borok si pengguna
Hingga penulispun memakai
Yang akupun tak yakin kan keIslamannya
Hheh…
Bila pintu surga telah terbuka untuk umum maka dengan dahsyat KTP-KTP itu memasukinya
Ghayyir!!!
Terlalu lama sudah
Negeri ini bersetubuh dengan bencana
Halilintar Kebodohan
Badai kemiskinan
Banjir tangisan
Tsunami jeritan
Gempa amarah
Tak bisakah dicegah
Tak mampukah merubah
Tinggi ilmu buat nipu
Kekuatan melemahkan
Kaya harta miskin hati
Sodaraku…
Indera kita hidup kenapa diam
Apa kerna kilauan harta mata silau
Apa kerna pengeras suara pengurang dengar
Apa kerna enak rasa beku lidah
Sodaraku…
Kita ummat Satu
Kita kaum
Mari kita ghayyir semua ini
Maaf Guru, Ampun Tuhan
Guru, malam itu aku menghentikansukur akan bulan bintang
Kerna asikku gemerlap lampu
Melupakan sejenak luasnya dunya
Lantunan-lantunan merdu ayat-ayat Tuhan
yang dulu kau lontar
Tak lagi menggiurkan
Kalah sama desahan biduwan-biduwan waw
Dzikir tahlil energik jiwa raga isya sampai subuh
Terputus rekor
Angguk geleng loncatanku
Damai idaman kau ku langgar
Khilaf pesan sadar
Tapi tenang guru
Kau tak pernah kulibat dalam setiap dosaku
Yakinku
Pak mari musyawarah desa
Banyak informasi baru
….. AH
Bung mari turun ke jalan
Bukti bahwa kita pasti bias
….. AH
Kawan ke TPS yuk
Pemilihan umum telah memanggil kita
….. AH
Kuyakin betul bahwa mereka punya alasan kuat
Kenapa putus asa ini mengalir deras
Tapi ku lebih yakin bahwa
Perubahan adalah ijab Kabul kita dengan tuhan^
—————
Penggalan tulisan karya Irwan Bajang
Entah
Kawan, entah kenapa
Aku paling benci dengan kata-kata berikut ini:
Guru pahlawan tanpa tanda jasa
Gizi buruk
Saya difitnah saya didzalimi
Penertiban
Demi hukum
Gemah ripah lok jenawi
Orang pakir dan miskin di pelihara oleh Negara
Wajib belajar 9 tahun
Kalau kau tau jawab kenapaku
Tolong ketik di dinding pesbuk
Ibu Tiriku Pincang
Apa kabar ibu kota?
Kurasa adamu sehat
Terlihat jelas sehatnya kau
Dalam balutan senyummu yang manis
Indahnya matamu, berserinya wajahmu
Kala memandang istana megah
Gedung-gedung mewah
Kampus-kampus istimewa
Dan masih banyak tempat-tempat yang wah lainnya
Sehat kau ibu kota?
Jakarta… takkah kau lihat dibalik itu semua
Para anak kecil tak bersekolah
Perang melawan mentari
Menjual Koran demi sesuap nasi
Ibukota… tak mendengarkah kau
Tangisan bayi sepanjang hari
Karena tak punya susu pengganti ASI
Jakarta Ibukotaku sudah tak pekakah hatimu
Merasakan jerit tangis mereka kerna ulahmu
Jakarta… butakah kau
Ibukota… tulikah kau
Jakarta Ibukotaku… apakah hatimu sudah mati???
PENAKU PERNAH PATAH
Seperti tanpa isi pena ini
Berat tak sanggup ku angkat
Tak mampu menulis apa
Barang setetes
Harimau yang dulu takut padaku kini kutakut pada kucing
Entah setan apa yang merasukiku
Menyamakanku dengan Mereka-MusuhMusuhKu
Tinta bak tsunami menghantam deras
Terukir garang katakata Perlawanan R E V O L U S I
Adalah sisa hujan di atas genteng
Enggan membumi dilumat mentari
Darah citacita terhempas rupiah
Aku takut, menggigil, ciut, Pecundang
Tak lihat bunga subur depan mata
Indah lebihi moncong senjata
BungaBunga itu sedarahku
Sungguh aku tak mau mati hari ini
Selama penindasan masih hidup
Salah yang kupilih
Menanak peluru untuk kutelan
Tak akan kuulangi
Semoga
Kini kuukir kembali kata yang pernah pergi
Mesiu untuk pengsihap darah rakyatku
BAHKAN KETIKA DIAM AKU TAK MAMPU KAU BUNGKAM
……………………………………………………………………
………………
TERIMA KASIH BUNGA YANG LURUS
GURUKU
berita ni ukan fitnah
jalan rusek-darat dak karuan-laut la dak jelas warna e-selain pendidikan aut2an minat e pun dikit-lum agik akses kesehatan yg dipersulit-eksekutif e dak tau ape isik utek e-legislatif lbih hobi jalan2 ketimbang denger curhat rakyat e-yudikatif agik cerita lame-rakyat e yg peduli dibilang sok n penuh kepentingan-yang dak peduli e bejubel2 along ngurus uto ketimbang nasi tetangga yg kemalingan.
ku dak bebulak heperadik…men dak pecaye , yo kite diskusi hambil ngupi….
Maaf guru,ampun tuhan.
Guru, malam itu aku menghentikansukur akan bulan bintang
Kerna asikku gemerlap lampu
Melupakan sejenak luasnya dunya
Lantunan-lantunan merdu ayat-ayat Tuhan yang dulu kau lontar
Tak lagi menggiurkan
Kalah sama desahan biduwan-biduwan waw
Dzikir tahlil energik jiwa raga isya sampai subuh
Terputus rekor
Angguk geleng loncatanku
Damai idaman kau ku langgar
Khilaf pesan sadar
Tapi tenang guru
Kau tak pernah kulibat dalam setiap dosaku
SENYUM TUHAN TIDAK DISINI
Undang-undang kita indah
Keputusan-keputusan yang wah
Peraturan-peraturan mulia
Namun sayang AMNESIA
Negeri yang dikuasai para pelacur
Ngentot dengan freeport
Ngelaharin 75% rakyat papua di bawah garis dimiskinkan
Zina dengan PT Timah
Ribuan anak banjir ke langit menganga
Naikin libido dengan Lapindo
Meraja lumpur di sidoarjo
Penguasa negeri yang ngeri ini
Hamba sex bank dunia
Penyembah setia sholat utang
Alasan manis dari sebuah ketidak majuan
Negara berkembang dengan kemunduran yang termundur
Berselingkuh dengan modal iblis
Selalu melahirkan kebijakan-kebijakan yang tak pernah bijak
Kerna setiap perjanjian setan selalu rakyat yang jadi korban
Negeri yang kaya dengan investasi juta’an tragedi
Udara demokrasi penuh polusi
Mereka yang sering nongol di tipi-tipi di koran-koran
Cuman bisa bohong,kalau jujur dana kampanye-sogokan takkan lunas
Tak usah kau baca lagi data di atas kertas
Bersetubuhlah dengan relitas
sedarah dengan kelas buruh,tani,kaum dimiskinkan,kaum pekerja
kerna ku yakin ukiran mereka salah
kalau yakinku salah
potong kontolku
inilah gayaku inilah karyaku
yang tak bisa menyuburkan kebun kata
puisi jalanan anak kandung penindasan
tak suka kau dengan puisiku?
Lantas,mau kau bakar?
Ku harap jangan,kerna puisiku bukan sampah
Melainkan mesiu,(mari diskusi,laksanakan!!!)
CERMIN UNTUK DEVTRA
Sekarma apapun kau buat pasti kau dapat
Hormati orang tanpa harus mengemis penghormatan
Sekecil apapun penghargaan kau terhadap karya orang lain
Maka karya kau akan dihargai
Akui karya orang maka karya kau diakui
Kau tak lebih dari seekor semut
Maka jangan membakterikan karya orang yang mungkin lebih bergajah
Apa yang kau lihat terkadang menipu, devtra
Hargai guru walau sedebu ilmu
Intropeksi jalan tol menuju impian
Kau itu abu rokok
Jangan merasa hebat klo hanya bisa mengkritik
Lihat orang seutuhnya
Berbeda dengan kau, tak berarti dia lebih rendah
Orang-orang besar, besar karena menghargai kecil
kau Kira kau siapa???
Devtra, kau lebih hina dari apa yang kau kira hina
Cita-cita kau banyak
Perjalanan masih panjang, mungkin
Ikhlas berkarya maka kau akan dipamerkan
Klo cuman pujian yang kau harap
Puji terus apa yang kau karya dan jangan di bilangin ke orang lain, selesai toh???
Cemoohan paling hanya kau peroleh dari seratus orang, atau mungkin lebih
Tapi jangan kau jadikan semua itu tembok buntu
Percaya diri aja devtra
Tetap Semangat
Devtra, jangan sok!!!
Beli cermin kalau tak punya
Kalau kau bener-bener bercermin dan merubah
Yakinlah takdir wujud impian kau dapat
selamat bersenang-senang guru
Meninggal Fana Menuju Jannah
Yang tercinta KH. Irfan Hielmy
Allahku
ku ikhlaskan tenaga dan separuh usiaku kau bagikan untuk guru para umatMu
klo kau ridho cabutlah nyawaku lalu berikan sisa jatah hak hidupku untuknya
terlambatkah du’a ini
atau mungkin memang tak berjawab
cinta kami padanya memang tak sebesar cintaMu
juta’an airmata darah takkan mengadakan ketidakadaannya
tapi ketiadaannya takkan pernah ada dalam hati kami
dialah kunci pembuka pintu-pintu ilmu para santri
ilmu yang salu penjaga agamaMu pemati virus iblis
Allahku
Ridhakanlah surgaMU, Anbiya’, bidadari-bidadari menjamunya
Sebagaimana keridhaan langit bumi matahari planet-planet bersenyum untuknya
Walau masih dalam semesta amin kami
Sampaikan ayat-ayatMu, kado du’a terindah dari kami
ragahari
aku tak malu lagi kerna matahari telah buta tak lihat ku telanjang
untuk apa ku malu dengan bau kalau hidunghari tak cium
tawatawaku buruk tapi ku tak malu bila kupinghari itu tuli
hinaan gerakku tak berucap kerna muluthari bisu
matiku pun tetap begini di aspal harihari
cinta suci asap ganja
Langit bumi terus berlari
tapi tak secepat hatiku
terlambat salu menuju tali akhir
malam terlelap bedengkur sunyi
mengusik mimpi yang belum tidur
gubuk abu menggunung mengencani harapan
shaf penenang jiwa berantakan dalam bungkusan merah
berton-ton menyeret kaki
perlawanan suci sepotong nyawa
melangkah lamban dibawah kucuran wudhu’
demi dua rakaat rayuan
mengemis syafa’atNya untuk kau
zikir-zikir cinta terus terlafadz
dalam balutan kerinduan
menembus hijab jarak dan masa
kertas curahan terlalu penuh
penantian panjang melelahkan
sepenggal raga tak ber apa
bab malam hampir hatam
hingga terikan rombongan sijantan datang
dan cahaya panas menghampiriku
seolah mengejek diri
biarlah…biarlah…biarlah…
ku biarkan ketertawaan mereka
kerna tsunamipun bak kopi dingin
tak mampu menggoyahkan keyakinan cintaku
cintaku kepadamu cintaku
ikhlas tulus suci lahir diatas awan putih
aku tak tahu kenapa,ia terjadi sendirinya
aku hanya menyadari bahwa ia memang ada
aku hanya ingin mencintaimu
seperti bakaran ganja di atas asbak
jama’ah burung telah bernyanyi
aku terus berzikir dan berzikir terus
berzikir cinta cinta cinta…
sex harapan
semua orang mengangkang dalam doa
membangkitkan kelamin-kelamin harapan
seraya bermimpi kelimaknya datang
akan mampu membungkam kobaran gema mulutku
tapi anak-anak putus asalah yang di dapat
walau terlambat mereka bersetubuh dengan kesadaran
bahwa diapun tak mampu
dimanakah kau kini penelan tai-tai setan
kencingan iblis??
Mulailah
Mari buka mata dan telinga kita
Sucikan hati jauhi emosi
Kepalkan tangan Satukan jiwa
Rapatkan barisan Demi satu tujuan
Untuk cemerlangnya hari depan